Rabu, 25 Januari 2012

- i n t u i s i -




Bersumber dari Wikipedia bahasa Indonesia --ensiklopedia bebas--, Intuisi (psikologi) adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas. Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba saja datangnya dari dunia lain dan di luar kesadaran.
Misalnya saja, seseorang tiba-tiba saja terdorong untuk membaca sebuah buku. Ternyata, di dalam buku itu ditemukan keterangan yang dicari-carinya selama bertahun-tahun. Atau misalnya, merasa bahwa ia harus pergi ke sebuah tempat, ternyata di sana ia menemukan penemuan besar yang mengubah hidupnya. Namun tidak semua intuisi berasal dari kekuatan psikologi.

Ada referensi lain terkait intuisi ini, dari situs website kompasiana.com dengan judul artikel (opini) "Intuisi dalam Alam Pikiran Barat dan Alam Pikiran Jawa (Sebuah Filsafat Perbandingan)"
Dalam uraian tulisannya, sang kompasianer/penulis menguraikan dua pandangan tentang intuisi menurut dua aliran filsafat yang berbeda, yaitu filsafat barat dan filsafat timur (jawa).  Filsafat barat meyakini bahwasannya intuisi merupakan prinsip-prinsip metafisika yang diperoleh dari ilmu non-alam dan tidak bisa disamakan dengan perasaan dan emosi secara harafiah, namun obyeknya adalah kepribadian diri manusia itu sendiri.
Lain halnya dengan filsafat Jawa yang meyakini konsep intuisi sebagai bentuk mengolah pikiran dan perasaan agar lebih peka --olah roso--, serupa dengan kegiatan meditasi untuk melampaui pemikiran rasional analitis, mengandung perasaan sekaligus pengetahuan. Semakin seseorang mengolah roso”, semakin peka dia  memaknai kejadian-kejadian dalam hidup, meskipun itu dipandang sebagai hal yang di luar rasional.
Jadi, dapat dipastikan bahwa kebenaran intuisi bukanlah kebenaran yang absolut, melainkan kebenaran yang bersifat tentatif dan relatif.  Untuk menghadapi kehidupan kita yang sangat kompleks, setiap kita dianugerahi kekuatan oleh Tuhan, kekuatan yang potensial menjadi kekuatan aktual dan dapat diandalkan, itulah intuisi

Ada yang (menurut saya) menarik di sini, sekaligus menjadi pertanyaan dalam benak saya.

Saya.., lebih cenderung mengartikan intuisi ini pada konseptual filsafat Jawa.  Maka tuntutannya adalah saya harus lebih sering berlatih 'olah roso' untuk lebih tepat mengartikan intuisi saya, tentunya dengan cara saya!  (setiap orang punya caranya masing-masing bukan..!?). 
Mungkin suatu kali ada yang bertanya, "Gimana nih, feeling lo tentang hal ini, baik atau buruk?"... maka saya akan menjawabnya sesuai dengan intuisi saya saat itu.  Lalu bagaimana dengan kata hati dan juga nurani...?  Apakah ini sesuatu yang sama...? Istilah berbeda dengan arti yang sama...?  Ataukah memang sama saja...?  Hhmmm...  Menurut kalian bagaimana?  Yaah, next time deh akan saya coba uraikan menurut pemahaman saya.  Ditunggu aja ya!

2 komentar:

Siswanto mengatakan...

siap, ditunggu kakak mami

Sari Usodo mengatakan...

haiiyaaahh... pak wartawan usil!